cerpen bulan madu di hotel

AniIdrus (1918 - 1999) MINGGU, Legi, 27 Mei 2012/6 Rajab 1433 H z No: 23877. Satpam Ngaku Polisi Dibekuk. MEDAN (Waspada): Tim Khusus Reskrim Polsek Medan Baru menangkap Satpam yang bertugas di Bagianda yang sedang merencanakan bulan madu (), berikut ini beberapa alternatif tempat wisata yang menarik di Indonesia yang sangat cocok dan representatif untuk merayakan hari sakral anda tersebut.Pilihan obyek dengan kondisi yang tidak terlalu ramai dan memiliki pemandangan panorama yang indah serta tidak menyita fisik yang prima untuk mengelilingi obyek, adalah syarat utama lokasi yang HotelBulan Madu Spanyol: Temukan 55.539 ulasan wisatawan, foto asli lengkap dengan alamat dan peta dan harga murah untuk Hotel Bersama Pasangan di Spanyol dalam Tripadvisor. Selama 30 hari terakhir, hotel untuk bulan madu di Spanyol telah tersedia mulai dari Rp 871.000, meskipun harga biasanya mendekati Rp 1.571.000. Perkiraan harga Bacacerpen bulan madu hot novel online: temukan daftar cerpen bulan madu hot cerita di Goodnovel, ia harus menangkap basah kekasihnya yang sedang berselingkuh dengan pacar barunya di salah satu kamar hotel. Sampai akhirnya, Tyo memilih pasrah dengan membatalkan pernikahannya. Namun, sebelum hal itu benar-benar terjadi, Sebastian yang tak CeritanyaBagus Nanti tolong buat kan cerpen bulan madu di paris yang diperankan oleh pemain mahabharata ya pliissss . 26 Nov 2014 20:14. Ghita Nuril. Thank's ya . 11 Nov 2014 20:22. tesda. Miliki Rumah Serupa Hotel, Bisa Saja Ini Tipsnya; Cara Sukses Membesarkan Anak-anak Setelah Bercerai; Intip Tren Bunga untuk 2018; Site De Rencontre Amicale Gratuit Et Sérieux. Bingung Menentukan Tujuan Honeymoon? Bulan Madu di Hotel Aja, Yuk! By Ravica 03 May 2021 Viewers 2156 Bulan madu atau honeymoon pasti menjadi momen yang kamu tunggu-tunggu. Mungkin kamu punya bulan madu impian ke luar negeri. Namun, musim pandemi seperti sekarang ini membuat ruang gerak menjadi kurang leluasa. Jangan khawatir, kamu dan pasangan bisa memilih bulan madu di lebih aman daripada ke lokasi bulan madu yang mengharuskan kamu pergi jauh, honeymoon di hotel juga tidak kalah seru. Nah, berikut beberapa kegiatan yang bisa kamu dan pasangan lakukan saat menikmati bulan madu di hotel. Simak di bawah ini, ya!Aktivitas saat Bulan Madu di HotelFoto quavondo on iStock1. Treatment Spa Berdua, Kenapa Tidak?Kamu mungkin sudah punya jadwal rutin untuk spa setiap bulannya. Bisa saja, sebelum menikah peran si dia hanya menunggumu di tempat spa. Nah, kenapa sekarang tidak mencoba menikmati spa berdua dengan si dia?Hotel yang mewah pasti menyediakan spa treatment untuk para pengunjungnya. Kamu dan pasangan bisa memanfaatkan hal ini untuk mengisi aktivitas bulan madu saat berada di hotel. Kamu bisa memilih treatment apa saja yang menyegarkan tubuh. Pijat, lulur, dan akan membuat tubuhmu dan pasangan semakin segar. Capek setelah acara pernikahan yang menguras tenaga pun akan hilang. Jadi, di hari pertamamu di hotel, segeralah spa berdua. Jika tubuh fit dan bugar, kualitas berhubungan intim pun akan meningkat. Wow!2. Olahraga Bareng di Fitness CentreSebenarnya, bulan madu di hotel tidak akan membuat kamu dan pasangan gabut dan bosan. Hal ini dikarenakan ada banyak fasilitas hotel yang bisa kamu nikmati bersama si dia. Selain spa, fitness centre juga tempat yang cocok untuk menghabiskan bersama bukan sesuatu yang buruk, kok! Malahan, tubuhmu dan pasangan akan semakin bugar. Kamu bisa mengunjungi fitness centre satu kali dalam sehari atau lebih selama di tidak mau olahraga di fitness centre, kamu juga bisa memanfaatkan kolam renang yang ada. Berenang bersama si dia pasti mengasyikkan, bukan? Sekadar tips, pilihlah waktu-waktu yang sekiranya lengang dari pengunjung lain. Jadi fitness centre dan kolam renang serasa milik berdua, sehingga bulan madu romantis bisa dirasakan. 3. High Tea Nan Manis dan SeruMungkin kamu dan pasangan sudah ribuan kali nongkrong bareng sebelum menikah seperti di café atau restoran. Nah setelah menikah, kenapa tidak membuat momen nongkrong bareng untuk pertama kalinya?Bedanya, sekarang kamu dan si dia akan nongkrong manis untuk melakukan high tea. Biasanya, hotel-hotel mewah punya agenda high tea tersendiri. Di antara beberapa restoran di hotel, restoran paling estetik yang biasanya menyelenggarakan kegiatan tea bisa menjadi ajang yang seru untuk kamu dan pasangan saling menyelami satu sama lain. Pasalnya, di sore hari yang tenang, kamu dan si dia akan menikmati teh hangat dan kudapan manis di restoran. Panoramanya pun tentu akan sangat berduaan dengan latar seperti ini mungkin akan jarang kamu temui setelah usai masa bulan madu dan kembali sibuk. Jadi, manfaatkanlah kegiatan high tea dengan sebaik-baiknya untuk mengenal pasangan lebih dalam sebagai pendamping hidupmu. Ah, manis sekali ya, kedengarannya?4. Makan Malam RomantisJangan sampai melewatkan kegiatan yang satu ini saat bulan madu di hotel! Yap, mumpung lagi di hotel dalam rangka bulan madu, berikanlah kejutan-kejutan semanis mungkin pada pasangan. Dinner romantis adalah cara yang tidak pernah di hotel-hotel tertentu menyediakan paket dinner romantis ini. Kamu bisa memesannya dan menambahkan pernak-pernik manis lain. Misal dengan memberi kejutan pada si dia dengan dessert bertuliskan 'I Love You.' Bisa juga meminta pihak restoran untuk memutarkan lagu favoritmu dan si dia sepanjang dinner tersebut. Kalau ingin makan malam terkesan lebih intim, kamu juga bisa melakukannya di kamarmu, lho! Bekerjasamalah dengan pihak hotel supaya mereka membuat kamarmu terasa romantis. Konsep dinner-nya pun bisa disetting sesuai keinginan. Dengan begini, kamu dan pasangan lebih leluasa untuk mengekspresikan cinta!5. Order-In daripada Turun ke RestoranKegiatan di kamar pasti akan lebih kamu dan pasangan sukai. Namun, waktu makan kadang membuat aktivitas asik tersebut terbengkalai. Tak perlu turun ke restoran hotel, kamu tetap bisa bermanja-manja di kamar dan saja fasilitas order-in, sehingga makananmu dan pasangan akan diantar ke kamar. Pilihlah menu favoritmu dan pasangan, dan lanjutkan kegiatan makanmu di atas ranjang. Seksi sekali, bukan?Itu dia beberapa list kegiatan bulan madu di hotel yang bisa kamu lakukan dengan pasangan. Nah, berikut beberapa rekomendasi hotel yang sangat cocok untuk staycation dan honeymoon!Rekomendasi Hotel untuk HoneymoonFoto Sapulidi Resort Hotel, BandungJika kamu dan si dia adalah orang yang memilih berbaur dengan alam daripada yang berbau modern, hotel ini cocok sekali. Sapulidi Resort Hotel menyajikan nuansa tradisional yang sangat lekat. Pemandangan utama di hotel ini adalah hamparan sawah yang menghijau. Lokasinya berada di daerah Lembang dan dekat dengan banyak destinasi wisata menarik lainnya di Bubble Hotel Ubud, BaliPulau Dewata menawarkan berbagai keindahan untuk bulan madu. Kamu bisa memilih untuk menginap di Bubble Hotel Ubud. Seperti namanya, kamar hotel ini berbentuk bubble transparan yang akan membuatmu bisa langsung menyaksikan keindahan langit. Tempat bulan madu ini akan memberi pengalaman berbeda untuk kamu dan si Amanjiwo, YogyakartaDavid Beckham, pesepak bola internasional itu pernah menginap di hotel ini. Tentu bukan tanpa sebab ya, melainkan karena berbagai fasilitas dan kemewahan yang ditawarkan. Berlokasi di area Candi Borobudur, hotel Amanjiwo bisa kamu pilih untuk honeymoon. Konsep megahnya masih sangat lekat dengan ornamen-ornamen khas Jawa yang Ciputra World Hotel, SurabayaHotel berikutnya yang menawarkan sensasi bulan madu tak terlupakan adalah Ciputra World Hotel Surabaya. Kamu dan pasangan yang lebih menyukai pemandangan perkotaan akan cocok menginap di hotel ini. Di malam hari, kamu bisa menghabiskan waktu dengan memanfaatkan kolam renang outdoor dengan suguhan kerlap-kerlip lampu kota Surabaya. Romantis!5. Gran Melia, JakartaDi Jakarta tentu tidak susah mencari hotel untuk bulan madu. Salah satu yang menawarkan layanan high class adalah Gran Melia Hotel. Di sini, kamu dan pasangan bisa menghabiskan waktu dengan berbagai kegiatan. Pergi ke club, makan di restoran mewah, sauna, atau berenang dengan pemandangan kota Jakarta yang Ombak Sunset Hotel, LombokLombok juga menjadi destinasi honeymoon yang populer. Kamu dan pasangan bisa menginap di Ombak Sunset Hotel. Seperti namanya, hotel ini menawarkan keindahan panorama sunset yang tidak akan pernah terlupa. Fasilitasnya pun lengkap dan mewah untuk berbulan Citra Cikopo Hotel, Puncak BogorHotel yang satu ini berkonsep cottage yang terpisah antara satu dan lainnya. Tentu saja kamu dan pasangan akan lebih intim dan private jika menginap di sini. Area puncak yang segar dan tenang akan membuat suasana bulan madumu semakin itu dia rekomendasi hotel untuk kamu dan pasangan yang ingin bulan madu di hotel. Semakin tidak sabar, ya! Sebelum membaca cerpen saya yang satu ini saya mau bikin pendahulan dulu nih, hehe. Biasanya saya gak pernah memposting cerpen di blog. Pertama, soalnya koleksi cerpen saya emang sedikit. Kedua, udah mah dikit belum tentu bagus juga, wakwaw. Menulis fiksi sudah saya tekuni sejak dulu kala mungkin sejak SD atau SMP? Tapi penyakit saya dalam menulis fiksi adalah saya gak pernah menyelesaikannya sampai tuntas dan saya tidak pernah pede sama kualitas fiksi saya. FIksi itu lebih njelimet daripada tulisan nonfiksi menurut saya. Hyaeyalah biasanya kalau nulis nonfiksi ujung-ujungnya saya mah curhat. Saya juga sebenarnya lebih suka nulis cerpen anak. Tapi setelah dicoba menulis fiksi dewasa beberapa kali, eh nagih juga ya. Kali ini saya memberanikan diri mengirimkan cerpen ke lomba yang diadakan oleh PPI Bonn, Lomba Bulan Bahasa, September 2017 lalu. Iseng-iseng sih, dari dulu ikutan lomba cerpen mah gak pernah tembus. Bisa ngirim sebelum deadline aja udah alhamdulillah. Eh gak disangka Oktober lalu, cerpen yang saya kirimkan ternyata keluar jadi juara 1, hihiw.. Selain dapat Piagam, dapat juga uang jajan 50euro, lumayan buat jajan churros sama kibeling P. Selintas mengenai cerpen ini, mungkin idenya aja yang lagi cocok sama tema lombanya, tentang Mimpi Generasi Kami’. Ide awalnya dari Pak Suami, katanya tulis aja cerita yang dekat dengan kita. Setuju sih, kalau mau menulis dengan lancar dan baik, ya tulisnya sesuatu yang kita familiar kuasai atau kita sukai. Cerita ini terinspirasi dari sahabat kami, pasangan muda dinamis yang sudah beberapa tahun tinggal di Belanda. Tadinya mau merahasiakan nama, takut jadi tenar orangnya, haha.. Tapi ternyata yang bersangkutan malah gak keberatan juga udah tenar juga soalnya. Jadi ini cerpen courtesy of Kang Iging dan Teh Desti. Menurut saya pribadi, banyak diaspora yang mengalami kegalauan yang sama seperti yang tokoh rasakan, termasuk saya dan suami. Betapa kata kontribusi’ itu rasanya masih samar, apalagi untuk benar-benar dijalankan. Tapi tentu hanya diri kita dan Allah yang tahu kenapa sampai saat ini kami masih bermukim di benua biru, belum juga pulang tanah air. Semoga cerpen ini bisa menjadi inspirasi para diaspora di Eropa. Sekian, panjang beud curhatnya. — Pulang Monika Oktora Musim kini berlalu.. Berbagai cerita merayu Berpijak di malam yang bertalu.. Masihku memikirkan dirimu Kurasakan waktu berlalu tanpa senyummu Sepi yang tlah penuhi hariku – Hari ini sayang aku akan pulang Berlabuh di dekap cintamu Karna pelukmu akan selalu Membuat diriku jatuh cinta “Heeii.. heiii.. kerja apa ngelamun, Mas?” Fara melambai-lambaikan tangannya di depan wajah suaminya, “katanya mau lembur beresin kerjaan kantor, eh kok malah bengong depan laptop.” “Eh, apa, Say?” serta merta Gilang mencopot earphone yang sedari tadi melekat di telinganya. Fara mendengus, “Diiih.. makanya ngelamun jangan serius-serius amat dong, Mas.” “Maaf, maaf, Sayang.. Ini lagi terhanyut sama lagunya Andien yang Pulang, lagi diputer di radio. Habis tadi puyeng lihat proposal proyek baru tentang electricity storage yang harus beres direvisi akhir minggu ini.” Gilang menunjuk beberapa file yang terbuka dan menumpuk di lepan laptopnya. Kebiasaan Gilang saat otaknya sedang mumet memang menyetel streaming radio swasta Jakarta. Pukul sebelas malam di Belanda, artinya di Jakarta sudah menginjak jam empat pagi. Biasanya mulai tengah malam, saat penyiar radio sudah pamit siaran, akan banyak rentetan lagu random yang diputar terus-menerus sampai pagi. Kebanyakan bukan lagu-lagu baru, tapi lagu-lagu populer di tahun 90an atau 2000an. Lagu-lagu mellow yang mengingatkan Gilang akan masa-masa indahnya menjalani hidup saat jadi mahasiswa di Bandung dulu. Fara hanya mengangguk, “Tidur yuk! Damar udah bobo tuh dari tadi, nungguin papanya beres kerja.” “Yuk deh.” Gilang menutup laptopnya pasrah. Saat kepalanya menyentuh bantal, kembali lirik lagu Pulang tadi terngiang-ngiang di pikirannya. Bukan, ini bukan mengenai seorang kekasih. Tentu Gilang tidak mempunyai kekasih lain selain istri tercintanya. Tapi kata-kata mengenai pulang yang memenuhi benaknya. Ia dan istrinya sudah hampir sepuluh tahun menetap di Belanda. Bukan juga mereka tidak pernah pulang kampung sama sekali. Malah hampir setiap tahun, mereka selalu mengusahakan pulang ke Indonesia, melepas rindu pada keluarga dan tentunya pada kuliner Indonesia yang selalu menggoda. Tapi ini adalah mengenai pulang, pulang selamanya ke Indonesia, back for good. Pada awalnya Gilang menginjakkan kaki ke negeri kincir angin ini, tidak pernah ada rencana untuk menetap sekian lama di Belanda. Ia menanggap dirinya beruntung, begitu lulus sarjana langsung mendapatkan beasiswa studi S2 dari pemerintah Belanda, dari sekian banyak kandidat dari fakultasnya. Keberuntungan yang sama saat ia ditawari untuk melanjutkan S3 oleh profesor di bidang Energy and Environmental Sciences. Siapa yang tak menolak ditawari posisi sebagai kandidat PhD dengan funding yang juga tersedia. Sebuah proposisi yang menggiurkan. Waktu berlalu seperti terbang. Ia menikah, memiliki anak, dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang bergerak di bidang renewable energy, pekerjaan yang sejalan dengan bidang studinya dulu. * “Alah Gilang sih gak usah mikirin pulang, kan udah enak di sini.” Hardi menepuk-nepuk punggung Gilang. “Iya, kalau kayak kami-kami yang cuma mahasiswa S3 ini sudah ada batas waktu untuk pulang ke Indonesia, deadline-nya empat tahun. Apalagi kami sudah terikat kontrak jadi amtenar, abdi negara.” Anggar menimpali. Gilang hanya tersenyum masygul, sudah sering ia mendapat komentar senada mengenai hal tersebut dari kawan-kawan Indonesianya. Apalagi di ajang kumpul diaspora seperti ini, biasanya selalu ada kabar-kabar terhangat mengenai keadaan para perantau di tanah Belanda, atau diskusi panjang mengenai keadaan ibu pertiwi. Seperti kali ini, grup pengajian di Maastricht, kota tempat tinggal Gilang, sedang mengadakan silaturahmi bulanan. Tidak hanya mahasiswa saja yang berkumpul, tetapi juga pekerja sepertinya, sampai warga keturunan Indonesia-Belanda. Beberapa pertanyaan yang sering berseliweran saat mereka berkumpul adalah “Kapan pulang habis ke Indonesia?”, “Kapan kuliahmu selesai?”, “Habis kuliah lalu kamu mau lanjut ke mana?” Untuk Gilang pertanyaan mengenai kuliah dan setelah kuliah mau kemana sudah tak ia risaukan. Ia sudah menyelesaikan enam tahun studi S2 dan S3 di University of Groningen, di kota paling ujung utara Belanda. Setelah selesai studi pun tak berapa lama ia mendapatkan pekerjaan di kota Maastricht, kali ini letaknya di ujung selatan Belanda. Ia dan keluarganya pun hijrah ke sana. Hanya pertanyaan kapan pulang habis ke Indonesia yang masih misteri baginya. Meski setiap tahun pembahasan mengenai hal tersebut selalu hadir di perbincangan rumah tangganya bersama Fara. “Buat apa kau pulang, Lang? Tak kan sanggup pula kau menghadapi macet dan rumitnya ibu kota nanti. Di Indonesia mau cari kerja di mana kau nanti? Tak sangguplah perusahaan menggaji lulusan S2-S3 dari Belanda ini, dengan pengalaman kerja seperti kau.” Binsar Si Pemuda asal Medan berkata sejujur-jujurnya. Gilang terdiam. Ia sadar, menetap sepuluh tahun di Belanda, bukanlah waktu yang singkat. Ia sudah biasa dimanjakan oleh fasilitas nyaman Belanda, mulai dari transportasi, akomodasi, lingkungan kerja, fasilitas kesehatan, dan banyak lainnya. Memulai kembali hidup baru di Indonesia, mungkin di Jakarta, tempat semua industri menumpuk, pasti akan sangat sulit. Sedangkan saat ia pulang kampung saja setahun sekali saja, ia harus banyak bersabar hati menghadapi lalu lintas Jakarta yang semrawut. “Kau pikir negara itu peduli padamu, ha? Mana ada! Tak usahlah kau berpikir idealis ingin turut serta membangun bangsa segala. Kau bisa hidup berkecukupan di ibu kota saja sudah syukur. Mau pula kau susah-susah mewujudkan kata kontribusi, realistis sajalah.” Binsar melanjutkan berapi-api. Sepertinya watak Bataknya yang blak-blakan dan pengalaman merantaunya dari Medan hingga ke Jakarta sejak ia SMA membentuknya karakternya seperti itu. Ia sudah merasakan pahitnya bekerja dari titik nol di Jakarta. Sampai akhirnya ia menjadi PNS di salah satu badan negara. Namun wataknya yang keras dan jujur membuatnya tidak betah bekerja lama-lama di sana. Ia memutuskan untuk berhenti dan bekerja di perusahaan swasta sambil berbisnis. Ia bisa merantau jauh-jauh ke Belanda pun atas usahanya sendiri. Kuliah S2 yang dia ambil di Belanda pun disokong oleh tabungannya sendiri. Demi pengalaman yang tidak akan terbeli, katanya. “Kau pun tak punya hutang pula pada Indonesia, Lang. Beasiswa S2 dan S3-mu dari Belanda. Tak pula negaramu itu membiayai kuliahmu.” Mau tak mau hati kecil Gilang mengakui juga perkataan Binsar. Binsar tak asal bicara. Ia hanya mengungkapkan apa adanya. Tapi tetap saja ganjalan hatinya tak terselesaikan dengan komentar dari Binsar. * “Say, jadi kapan kita pulang?” Gilang membuka percakapan dengan istrinya malam itu. Fara memutar kedua bola matanya. Pembahasan ini selalu muncul dalam rumah tangga mereka, biasanya diskusi ini akan mulai menderas di penghujung tahun. Kalau pulang nanti Gilang akan kerja di mana? Fara akan kerja di mana? Mereka akan tinggal di mana? Damar, anak mereka yang berumur lima tahun akan sekolah di mana? Dan sebagainya. “Sudah jadi ngontak almamatermu belum, Mas? Atau perusahaan energi swasta yang di Jakarta itu?” Fara balik bertanya. “Masalahnya aku gak minat jadi dosen, Ra. Passionku ya jadi peneliti atau pekerja yang bergelut di bidang energi. Kata teman-temanku yang dosen, jadi dosen di Indonesia peluang untuk penelitian masih rendah. Apalagi untuk dosen baru, kebanyakan kerjaan ya tetek bengek dan administratif aja, paling ngajar beberapa mata kuliah.” Fara mengangguk, ia mengerti. Ia pun sempat mengambil pekerjaan sebagai dosen honorer di Bandung sambil menyambi kuliah S2, sebelum ia akhirnya melanjutkan S3 di Belanda, dan bertemu Gilang. Pekerjaan sebagai dosen memang menuntut kewajiban yang tinggi. Kalau tidak ada gairah di bidang tersebut, lebih baik tidak usah sama sekali, daripada sibuk kerja tapi makan hati. Mereka berdua sama-sama terdiam, seakan tahu ujung dari pembicaraan ini. Ini selalu menjadi percakapan akhir tahun yang tidak berkesimpulan. Besok-besoknya mereka berdua sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing dan akhirnya lupa akan diskusi ini. Gilang asyik bekerja di kantornya, begitupun Fara yang sibuk dengan kerja paruh waktunya sebagai postdoc researcher di universitas. Mereka berdua juga tetap membagi waktu untuk mengurus Damar yang sekarang makin aktif dan cerewet bertanya ini itu. “Tapi kita kan tidak akan selamanya jadi perantau di sini?” Gilang membuka pertanyaan lagi. “Ya enggaklah, Mas. Senikmat-nikmatnya tinggal di negara orang, tetap nyaman tinggal di tanah air.” “Eh, banyak lho yang sudah mapan di sini, ya akhirnya gak pulang. Ya itu, seperti kata kawan-kawan pas ngumpul tadi. Mau pulang ke Indonesia nanti jadi apa? Bisa-bisa jadi pengangguran.” “Ya itu kan pola pikir mereka, kita beda toh?” Fara mengangkat bahunya, “Berdoa saja, Mas, niat kita untuk di sini bukan untuk bersenang-senang lalu lupa tanah air yang membesarkan kita. Insya Allah, Allah juga tahu apa yang kita catat dalam hati. Hanya kita belum menemukan jalan terbaik untuk kembali.” “Iya, Say, Suatu saat kita akan pulang juga kok.. Insya Allah.” pembicaraan malam itu pun dianggap selesai. Gilang dan Fara hanya yakin, ia masih punya mimpi-mimpi untuk diwujudkan di Indonesia, hanya belum tahu kapan bisa akan terlaksana. * Pulang kampung yang bertepatan dengen momen lebaran adalah hal-hal yang ditunggu para perantau di Belanda. Bisa pulang kampung saja sudah bersyukur, apalagi jika bisa waktunya cocok dengan libur panjang di Belanda. Seperti kali ini, libur musim panas di Belanda sejalan dengan momen lebaran di Indonesia. Jadilah Gilang dan Fara mengambil cuti di saat-saat tersebut, apalagi Damar juga sedang libur sekolah. “Eh Ra, Pak Rino ngontak aku waktu tahu aku mau pulang ke Indonesia. Dia ingin aku ngisi kuliah tamu di almamaterku di Bandung dulu.” Gilang menunjukkan email Pak Rino pada istrinya. Pak Rino adalah dosen pembimbing Gilang sewaktu S1 dulu. Sejak Gilang merantau ke Belanda, Gilang masih menjalin silaturahmi dengan Pak Rino. Pak Rino termasuk salah satu dosen yang gencar memacu penelitian mahasiswa di kampus. Sewaktu Gilang melanjutkan kuliah ke Belanda, Pak Rino seringkali meminta update penelitian yang berkembang di Eropa, juga sebaliknya memberi kabar terbaru penelitian menarik yang ada di fakultas teknik industri. “Bagus dong, Mas! Bisa sharing sama mahasiswa dan dosen juga.” “Iya, katanya mau dibikin kayak mini simposium gitu. Momennya pas sama mahasiswa baru pada masuk kuliah.” “Wuidih asyik! Tuh katanya mau berkontribusi. Sudah dibukakan jalannya tu, Mas.” Fara menjentikkan jarinya. “Eh bagaimana kalau… jangan cuma di almamatermu aja, Mas. Kita kontak juga yuk dosen-dosen di beberapa universitas di Semarang, Surabaya, Jakarta. Sekalian tho kita mudik ke Semarang juga. Mungkin aku bisa ngontak dosenku di Semarang juga.” tiba-tiba Fara memberikan ide. Gilang terdiam. Saran Fara masuk akal juga. Selama ini tidak banyak yang menikmati hasil-hasil penelitiannya atau ide-ide proyek di kantornya, selain para akademisi dan praktisi di sekitaran Belanda. Tentu di Indonesia ilmu mengenai energi baru, energi terbarukan, dan dan sistem pembangunan yang berkelanjutan banyak peminatnya. Apalagi Belanda adalah salah satu negara di Eropa yang memiliki perkembangan energi terbarukan yang pesat. Renewable energy yang didukung dengan sustainable development adalah hal yang sangat diperhatikan di Belanda. Sebutlah salah satunya energi angin yang dimanfaatkan menggerakan turbin untuk menghasilkan energi listrik. Turbin-turbin raksasa yang terpancang tegak hampir dapat ditemui dengan mudah di daratan Belanda. Alis Gilang terangkat, seperti ada lecutan inspirasi berlompatan di kepalanya “Ide bagus sayang!” Jadilah momen pulang kampung mereka tahun itu tidak hanya diramaikan dengan acara silaturahmi dengan keluarga juga kesempatan menyantap kuliner Indonesia yang enak-enak. Namun diisi dengan rangkaian road show Gilang dan Fara ke beberapa kampus di Surabaya, Semarang, Jakarta, dan Bandung. Kuliah singkat yang Gilang mulai di Bandung ternyata juga disambut positif oleh universitas lainnya. Mereka dengan senang hati menerima tawaran Gilang untuk mengisi mini seminar mengenai inovasi-inovasi sumber energi terbarukan. Ya iya sih, gratis juga soalnya. Tapi untuk Gilang dan Fara hal itu tidak masalah. Untuk pertama kalinya Gilang merasa apa yang dia miliki dapat berguna dan dibagi untuk khalayak ramai. Ternyata tidak hanya kalangan akademisi dan mahasiswa saja yang tertarik dengan bahasan yang Gilang bawa. Di salah satu universitas di Jakarta, seminar Gilang ternyata diminati oleh para regulator dan pelaku bisnis yang juga haus ilmu untuk menggali dan memanfaatkan energi baru dan terbarukan Indonesia. Waktu berlalu seakan terbang, liburan sudah usai, saatnya mereka kembali ke Belanda, kembali ke kehidupan nyata. Bahkan Gilang tidak tahu manakah yang lebih nyata, kehidupannya di Indonesia, atau di Belanda. Tapi setidaknya, liburan kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. * Berulang kali Gilang membaca email yang baru saja ia terima dari salah seorang yang pelaku bisnis ternama. Ia ingat, ketika seminar di Jakarta, beliau datang dan menyalaminya seusai seminar. Beliau sangat mengapresiasi apa yang Gilang sampaikan. Ia tidak mengira apresiasi tersebut ternyata membekas sampai setelah dua bulan ia kembali ke Belanda. Yang Gilang masih tidak percaya adalah, Bapak tersebut sudah lama sekali ingin mendirikan start-up di bidang energi terbarukan. Ia memang sudah lama malang melintang bekerja di bidang energi, baik di swasta maupun pemerintah. Saat memasuki usia pensiun, beliau ingin mendirikan perusahaan mandiri, sebab dipikirnya akan lebih mudah mencanangkan segala seseuatunya. Biaya tak menjadi masalah, ia butuh sumber daya manusia yang paham bidang ini. Menurutnya Gilang adalah kandidat yang paling tepat. “Mungkin ini jawaban untuk pulangnya kita, Mas?” Fara tiba-tiba sudah muncul di belakang Gilang, ikut membaca email tersebut. “Kamu juga mikir gitu, Say?” Gilang menoleh. “Ya, kenapa tidak? Di Belanda bukan hanya perusahaan pemerintah saja yang bergerak di bidang energi terbarukan kan? Banyak start-up yang juga bermunculan. Aksi-aksi seperti itu justru yang membuat Belanda makin berkembang. Inovasi dari start-up ini juga mendukung pembangunan renewable energy dan sustainable development.” “Mungkin berat sih, tapi.. aku dan Damar siap mendukungmu selalu,” Fara tersenyum. Gilang tersenyum. Mewujudkan mimpi memang selalu dimulai dari langkah awal. Seperti langkah awalnya saat menjejak di negeri kincir angin ini. Tak mudah bertahan sampai sepuluh tahun lamanya. Selalu ada langkah-langkah kecil untuk mimpi yang besar. Groningen, 8 September 2017 07 Jul 2021 - 12 min readIngin pilih hotel untuk bulan madu di Lombok? Cek rekomendasi hotel romantis di Lombok favorit berikutHotel Romantis di Lombok - Terkenal akan keindahan alamnya, Lombok menjelma jadi salah satu destinasi wisata dalam negeri yang populer baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Salah satu tujuan favorit untuk mengunjungi Lombok selain berlibur adalah untuk berbulan madu. Suasana Lombok yang romantis menjadikannya cocok untuk menyempurnakan perjalan honeymoon kamu dan tentu rencana honeymoon ke Lombok nggak akan lengkap jika kamu tidak memilih akomodasi yang tepat. Tak perlu khawatir karena Lombok banyak menyediakan resort, hotel, ataupun vila romantis yang bisa jadi pilihanmu bersama pasangan selama berbulan madu. Yuk, intip beberapa rekomendasi hotel romantis di Lombok berikutRekomendasi Hotel Romantis di Lombok1. Ombak Sunset HotelPemandangan Matahari Terbenam dari Ombak Sunset HotelLokasi Gili Trawangan, Lombok, NTB, Indonesia , Gili Trawangan, Kepulauan Gili, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83355Sesuai dengan namanya, hotel romantis di Lombok ini terkenal akan panorama matahari terbenamnya yang cantik. Selain itu Ombak Sunset Hotel juga dilengkapi berbagai fasilitas yang menjadikannya cocok untuk dijadikan akomodasi selama berbulan madu di Lombok seperti private pool, hingga kamar mandi dengan bathtub yang di Ombak Sunset HotelOmbak Sunset HotelDapatkan pengalaman bermalam di hotel romantis dengan booking Ombak Sunset Hotel di TravelokaHarga mulai dari Rp Kebun Villas & ResortLokasi Jalan Raya Senggigi , Batu Layar, senggigi, Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83355Kebun Villas & Resort adalah pilihan hotel romantis di Lombok selanjutnya yang juga pas untuk jadi akomodasi selama honeymoon di Lombok. Dengan ruang yang luas dan fasilitas yang lengkap, tak cuma bulan madu, hotel ini juga cocok dijadikan akomodasi saat liburan di perbukitan, Kebun Villas & Resort menawarkan view nan asri dan menyejukkan. Namun, hotel romantis di Lombok satu ini juga berada di lokasi yang cukup strategis untuk menjangkau destinasi-destinasi wisata yang ada di Lombok. Kebun Villas & ResortDapatkan pengalaman bermalam di hotel romantis dengan booking Kebun Villas & Resort di TravelokaHarga mulai dari Rp The Oberoi Beach ResortThe Oberoi Beach Resort LombokLokasi Medana Beach, Tanjung, PO Box 1096, North Lombok, Lombok, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83352 Ingin suasana bulan madu yang tenang dan jauh dari keramaian? Hotel romantis di Lombok selanjutnya ini bisa jadi pilihanmu. Hotel bintang 5 di Lombok ini tak perlu lagi diragukan kualitas pelayanan dan juga fasilitasnya. Meskipun harganya relatif cukup mahal, namun harga ini sebanding dengan kemewahan yang ditawarkan hotel romantis di Lombok satu Oberoi Lombok Sumber gambar TravelokaLokasinya yang dekat bibir Pantai Medana juga membuat panorama yang disajikan The Oberoi Beach Resort semakin romantis. Dengan interior tradisional, dijamin pengalamanmu berbulan madu di hotel romantis satu ini akan sangat Oberoi Beach ResortDapatkan pengalaman bermalam di hotel romantis dengan booking The Oberoi Beach Resort di TravelokaHarga mulai dari Rp Puri Mas Boutique Resort & SpaPuri Mas Boutique Resort and SpaLokasi Jalan Raya Mangsit Beach - Senggigi - Lombok , Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83355Pilihan hotel romantis di Lombok yang berlokasi di pinggir pantai selanjutnya adalah Puri Mas Boutique Resort & Spa. Dengan infinity pool yang membuat seolah-olah kolam renang di hotel ini menyatu dengan lautan tentu memberikan atmosfer romantis yang manis, apalagi ketika matahari mulai Mas Boutique Resort and SpaDitambah lagi, hotel romantis di Lombok satu ini juga merupakan mitra dari Traveloka CleanAccommodation. Artinya, kamu tak perlu lagi khawatir soal penerapan protokol kebersihan dan kesehatan karena Puri Mas Boutique Resort & Spa telah berkomitmen untuk menerapkan standar sesuai anjuran CHSE. Puri Mas Boutique Resort & SpaDapatkan pengalaman bermalam di hotel romantis dengan booking Puri Mas Boutique Resort & Spa di TravelokaHarga mulai dari Rp Rinjani LodgeLokasi Jalan Pariwisata Senaru Bayan, Lombok - Nusa Tenggara Barat, Lombok, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 80335Mendapatkan suasana romantis di Lombok nggak melulu harus mencari hotel dengan pemandangan pantai. Hotel romantis di Lombok selanjutnya ini justru memberikan kamu view indah dari Gunung Rinjani yang asri dan menyejukkan. Rinjani Lodge yang berada di Jalan Pariwisata Senaru Bayan ini memiliki udara sejuk yang segar karena lokasinya yang berdekatan dengan Gunung Rinjani. Dekat dengan berbagai destinasi wisata alam seperti Air Terjun Sendang Gile, hotel romantis di Lombok ini cocok untuk melengkapi rencana bulan madu kamu bersama Lodge• pengalaman bermalam di hotel romantis dengan booking Rinjani Lodge di TravelokaHarga mulai dari Rp La Cocoteraie EcolodgeLokasi Jalan Vila Kelapa, Gili Trawangan, Gili Islands, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83352Selain di daratan utama pulau Lombok, kamu juga bisa berburu suasana romantis dengan menyebrang ke tiga gili yang dekat dengan pulau Lombok. Salah satu yang jadi pilihan favorit adalah Gili Trawangan. Dan tentunya, ada pula pilihan akomodasi romantis yang bisa kamu temukan di dengan hotel-hotel romantis sebelumnya, La Cocoteraie Ecolodge menawarkanmu sensasi bermalam yang berbeda, yakni dengan glamping di tengah asrinya alam di Gili Trawangan. Bayangkan bermalam beratapkan tenda di tengah-tengah alam? Tentu pengalaman honeymoon akan menjadi lebih berkesan. Meskipun bermalam di tenda, jangan khawatirkan soal fasilitas karena semua fasilitas yang disediakan oleh La Cocoteraie Ecolodge ini cukup lengkap termasuk restoran dan juga kolam Cocoteraie Ecolodge• pengalaman bermalam di hotel romantis dengan booking La Cocoteraie Ecolodge di TravelokaHarga mulai dari Rp Jeeva Beloam Beach CampLokasi Jalan Pantai Beloam No 1 Jerowaru, Lombok, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83672Alternatif hotel romantis di Lombok yang unik selanjutnya adalah Jeeva Beloam Beach Camp. Berada di dekat bibir pantai yang menghadap langsung ke Selat Alas, hotel romantis di Lombok satu ini menawarkan pengalaman bermalam di pondok-pondok bergaya tradisional yang meniru arsitektur perkampungan nelayan Suku Sasak asli lokasi yang indah dan bangunan kamar yang unik, bulan madu di Jeeva Beloam Beach Camp semakin terasa sempurna karena lokasi hotel romantis ini cukup sepi dan tenang sehingga atmosfer dan suasana yang kamu rasakan bersama pasangan akan terasa lebih intim. Nilai tambah lain dari hotel romantis di Lombok ini adalah fitur online check-in yang mempermudahmu melakukan proses check-in secara online lewat aplikasi Traveloka serta juga merupakan mitra dari Traveloka Beloam Beach CampDapatkan pengalaman bermalam di hotel romantis dengan booking Jeeva Beloam Beach Camp di TravelokaHarga mulai dari Rp Hotel Tugu LombokLokasi Sire Beach Sigar Penjalin Village Tanjung Lombok Utara, Lombok, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83352Nuansa unik dan berbeda juga bisa kamu temukan di Hotel Tugu Lombok. Hotel romantis di Lombok satu ini juga berlokasi dekat pantai dan dirancang bagaikan zaman kerajaan Nusantara di masa lampau. Mulai dari dekorasi taman, ornamen-ornamen interior dan patung-patung antik memenuhi kawasan hotel romantis di Lombok satu fasilitas seperti Jacuzzi, spa, hingga tempat-tempat duduk di pantai siap untuk buat rencana bulan madu di hotel ini semakin romantis. Selain itu, hotel romantis yang berada di tepi pantai Sire, Lombok ini juga merupakan mitra Traveloka CleanAccommodation yang penerapan protokol kesehatan serta kebersihannya sudah tak perlu lagi kamu ragukan!Hotel Tugu LombokDapatkan pengalaman bermalam di hotel romantis dengan booking Hotel Tugu Lombok di TravelokaHarga mulai dari Rp Pool Villa Club LombokLokasi Jalan Pantai Senggigi , Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83355Pool Villa Club Lombok adalah pilihan hotel romantis di Lombok selanjutnya yang cocok jika kamu mencari pengalaman bulan madu yang tak cuma romantis namun juga mewah. Berlokasi dekat dengan pantai Senggigi yang terkenal akan sunset yang indah serta fasilitas kolam yang panjang bak sungai, apapun yang ingin kamu lakukan untuk sempurnakan bulan madu tersedia di hotel romantis satu juga bisa menikmati momen intim bersama pasangan dengan Jacuzzi yang tersedia di Pool Villa Club Lombok ini atau menikmati makan malam romantis di pinggir pantai ditemani suara deru ombak yang Villa Club LombokDapatkan pengalaman bermalam di hotel romantis dengan booking Pool Villa Club Lombok di TravelokaHarga mulai dari Rp Sudamala Suites VillaLokasi Jalan Raya Mangsit, Senggigi, Nusa Tenggara Barat, Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83355Sudamala Suites Villa adalah akomodasi bintang 5 lainnya yang cocok untuk bulan madu. Selain karena dilengkapi berbagai fasilitas seperti Spa dan kolam renang dengan view langsung ke lautan, hotel romantis di Lombok ini juga terkenal dekat dengan berbagai destinasi wisata yang ada di Suites Villas SenggigiSoal pemandangan, hotel ini memiliki pemandangan yang sangat romantis. Bahkan, kamu bisa menikmati indahnya matahari terbenam langsung dari balkon kamarmu, lho. Romantis, bukan?Sudamala Suites VillaDapatkan pengalaman bermalam di hotel romantis dengan booking Sudamala Suites Villa di TravelokaHarga mulai dari Rp Katamaran Hotel & ResortLokasi Jalan Raya Mangsit, Senggigi, Lombok 83355 Indonesia, Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83355Soal pelayanan, hotel romantis di Lombok satu ini tak perlu lagi diragukan karena Katamaran Hotel & Resort baru merupakan "Traveloka Hotel Awards 2019" untuk semua kategori serta salah satu dari mitra Traveloka CleanAccommodation. Ditambah view hotel yang menghadap langsung ke pantai yang bisa kamu nikmati sembari bersantai di infinity pool, tentu pilihan hotel romantis di Lombok satu ini menarik sekali untuk dicoba, bukan?Lelah seharian bermain di pantai? Kamu bisa manjakan diri dengan layanan Spa dan Massage yang tersedia di Katamaran Hotel & Resort. Hotel romantis di Lombok ini juga menyediakan layanan-layanan khusus untuk berbulan madu seperti candle light dinner di pinggir Hotel & ResortDapatkan best experience menginap di Katamaran Hotel & Resort dengan pesan kamar di TravelokaHarga mulai dari Rp Svarga Resort LombokLokasi Batu Layar Lombok, Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83355Svarga Resort Lombok adalah hotel lainnya di Lombok yang juga memenangkan "Traveloka Hotel Awards 2019" untuk kategori hotel dengan pelayanan terbaik di Nusa Tenggara. Tapi, tak cuma pelayanannya saya yang membuat hotel ini menarik, suasana romantis dari hotel yang dirancang di lereng bukit serta menghadap langsung ke pegunungan yang hijau inilah yang membuatnya kerap jadi pilihan hotel romantis untuk bulan madu di fasilitas, tak perlu ragukan lagi karena hotel romantis di Lombok ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap, mulai dari kolam renang publik dan juga private, kamar mandi dengan bathtub, hingga restoran yang menyajikan menu-menu lezat siap menemani perjalanan bulan madu kamu bersama pasangan. Tak hanya itu, hotel romantis ini juga dilengkapi fitur online check-in serta bagian dari mitra Traveloka Resort LombokDapatkan pengalaman menginap dengan pelayanan terbaik di Svarga Resort Lombok dengan pesan kamar di TravelokaHarga mulai dari Rp Mentigi Bay Dome VillaLokasi Jalan Raya Tanjung, Malaka, Pemenang, Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, 83351Sensasi bulan madu unik juga bisa kamu temui dengan bermalam di Mentigi Bay Dome Villa. Hotel romantis di Lombok satu ini memiliki konsep unik dengan kamar-kamar yang dirancang dengan bentuk-bentuk kubah layaknya rumah-rumah di negeri sekitar hotel romantis di Lombok ini juga dikelilingi perbukitan asri dan kehijauan. Menjelang malam tiba, kamu bisa melihat langit lombok yang bertabur bintang, membuat suasana bulan madu terasa semakin romantis. Mentigi Bay Dome VillaDapatkan pengalaman menginap dengan pelayanan terbaik di Mentigi Bay Dome Villa dengan pesan kamar di TravelokaHarga mulai dari Rp Makalele DomesLokasi Jalan Raya Senggigi, Dusun Mentigi, Kel. Malaka, Kec. Pemenang, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, 83352Rekomendasi hotel romantis di Lombok selanjutnya ini tak kalah unik dibandingkan rekomendasi sebelumnya. Memiliki arsitektur tak biasa berbentuk kubah serta lengkungan-lengkungan abstrak, Makalele Domes jelas takkan gagal berikanmu pengalaman romantis yang takkan terlupakan. Infinity Pool di Makalele DomesMenginap di hotel romantis di Lombok satu ini, kamu bisa nikmati keindahan pemandangan pantai dan laut dari ketinggian. Bahkan, kamu juga nikmati romantisnya momen matahari terbenam langsung dari kamarmu atau sembari bersantai di fasilitas infinity pool yang tersedia di akomodasi romantis satu DomesDapatkan pengalaman menginap dengan pelayanan terbaik di Makalele Domes dengan pesan kamar di TravelokaHarga mulai dari Rp tentukan hotel romantis di Lombok yang pas untuk staycation romantis kamu? Jika belum, kamu masih bisa temukan lebih banyak pilihan hotel di Lombok lewat aplikasi Traveloka untuk dapatkan penawaran harga terbaik. Jangan lupa, kamu juga bisa pilih hotel-hotel mitra Traveloka CleanAccommodation untuk pastikan bulan madu romantismu tetap patuhi protokol kesehatan dan kebersihan sesuai standar CHSE!Hotel & Penginapan Terbaik di LombokTemukan lebih banyak pilihan hotel dan penginapan di Lombok dengan penawaran harga terbaik di Traveloka Pasir putih pantai Nusa Dua Bali membelai lembut telapak kakiku. Nyiur pohon kelapa memberikanku naungan dari terik matahari. Aku masih belum sekuat manusia-manusia berkulit putih yang berjemur di tepi pantai itu. Aku masih khawatir kulitku menghitam, meski mereka justru menginginkan kulit Asia yang eksotis seperti kebanyakan penduduk Indonesia. Di pinggir pantai, bayangan sepasang lelaki dan perempuan yang tengah berlarian dan bercanda memercikkan air ke tubuh pasangannya, memburamkan pandangan mataku. Kemesraan mereka sungguh membuatku iri. Lidahku masih dapat merasai aroma khas bumbu Bali yang menemani sepotong Bebek Bengil, menu favorit kita di Restoran Bebek Bengil, salah satu restoran favorit di kawasan The Bay Bali ini. Kau yang memilihkan menu itu, padahal seumur-umur belum pernah aku makan daging bebek. Aneh? Ah, tidak. Aku pikir aku orang yang konsisten dengan pilihanku menerapkan pola makan Food Combining yang lebih ekstrim tidak makan karbohidrat dan daging-dagingan. Tetapi kau, dengan paksaanmu yang menghipnotis, mampu membuatku mencicipi daging binatang yang hidup berkelompok dan selalu berisik saat berjalan beriringan. Wajahmu begitu puas ketika lidahku mau menyecap daging bebek yang lembut itu. Aku bahkan melupakan program dietku yang sudah tiga tahun kulakukan demi memperoleh tubuh langsing. Kau berkata, “bagiku, kau tetap cantik walau pipimu menggelembung.” Aku tersenyum malu-malu, dan tak terasa sudah memasukkan dua piring nasi ke dalam perutku. Hanya seseorang yang kucintai dengan sangat, yang kuperbolehkan mengatur pola makanku, sesuatu yang kujaga selama ini. Setelah makan, kita melanjutkan perjalanan bulan madu, melintasi jalan setapak dari depan restoran menuju ke tepi pantai. Ya, dari depan restoran Bebek Bengil itu, kita dapat melihat ke arah pantai Nusa Dua, menikmati pemandangan pantai yang romantis. Memang tak salah saat kau mengusulkan untuk berbulan madu ke The Bay Bali. Kau telah memilih tempat yang sesuai untuk mengabadikan momen pertama penyatuan cinta kita. Kau mengajakku berjalan di tepi pantai, membiarkan deburan ombak yang tenang membelai jemari kaki kita. Kaupegang tangan kiriku, kautautkan jemari tangan kananmu ke jemari tangan kiriku. Getaran serupa setruman listrik segera menjalari tubuhku. Aku masih saja merasakan setruman itu, meskipun kita sudah menjadi suami istri sejak dua hari sebelumnya. Kita langsung berbulan madu ke The Bay Bali, meninggalkan sisa-sisa kerepotan acara resepsi. Aku masih tak menyangka, seorang lelaki yang kutemui dalam sebuah perjalanan, ditakdirkan menjadi suamiku. Perkenalan kita singkat saja. Kau bersama temanmu, dan aku bersama temanku. Semestinya kedua teman kita yang berjodoh, setelah perkenalan mereka di jejaring sosial. Nyatanya malah kita yang saling melempar pandang dan menyimpan nama masing-masing di dalam hati. Tiba-tiba kau menghubungiku tiga hari kemudian, lalu semua berjalan begitu saja sampai kau melamarku setelah tiga bulan perkenalan kita. Bila aku mengingat kenangan itu, aku terpikir, barangkali kita butuh waktu lebih lama lagi untuk penjajagan. Ya, barangkali…. Malam harinya, masih di The Bay Bali, kau mengajakku makan malam di De Opera, yang baru dibuka jam tiga sore. Sebuah klub pantai dan tempat makan malam eksklusif dengan tiga restoran, dua diantaranya adalah restoran Jepang. Aku memang menjauhi makan daging, tapi bukan seafood. Aku hanya menjauhi daging merah dan menggemari makanan laut. Ini seperti surga untukku. Kau membawaku masuk ke dalam De Opera yang didesain bak latar film fantasi, dominan warna putih dan cokelat. Di mejaku telah terhidang tempura, nama lain dari udang goreng tepung. Sedangkan kau memesan sushi. Sebuah kolam renang besar menjadi latar pemandangan, tetapi saat itu aku hanya bisa memandang wajahmu yang juga tak lepas memandang wajahku. Kini kusadari betapa kemesraan itu begitu kurindukan. Baru tiga tahun usia pernikahan, tetapi aku merasa sudah banyak perubahan yang terjadi kepadaku. Kau telah menghipnotisku dengan dominasimu. Aku tersadarkan, bahwa aku telah kehilangan banyak hal dari diriku. Aku menjadi seperti bukan aku. Semua itu karenamu. “Apa kau sudah siap memiliki anak,” tanyaku, malam itu. “Hhh… bisa gak kita gak ngomongin soal anak dulu? Aku lagi sibuk.” Matamu masih memandang layar laptop, seolah kau bakal kehilangan separuh dunia bila mengalihkan pandangan. “Terus, kapan kamu mau ngomongin soal itu?” “Aku kan udah bilang, lima tahun lagi deh. Sekarang ini kita nabung yang banyak dulu untuk masa depan anak-anak kita kelak.” “Iya, kalau lima tahun lagi kita bisa punya anak. Kalau tidak? Usiaku tak bisa menunggu.” Akhirnya, kau menatapku. Tatapanmu menakutkan. Kedua alis matamu tajam bak pedang yang siap menebas leherku. Rahang kukuhmu seolah ingin melumatku. Pupil matamu seakan ingin menenggelamkanku ke dalam pusarannya. Itu sudah yang kesekian kali aku melihat ekspresi galakmu. Selalu, setiap aku menyinggung soal anak. “Kita pasti punya anak, tapi bukan sekarang. Aku masih sibuk dan belum mau diganggu oleh anak-anak,” katamu dengan nada suara yang tegas, meskipun pelan. Kau egois! Aku berteriak marah. Iya, aku tahu, kita telah membuat kesepakatan untuk punya anak setelah lima tahun pernikahan. Tapi, rasanya aku tidak sanggup menunggu selama itu. Keluargaku, keluargamu, teman-teman, orang-orang di sekitar, mempertanyakan mengapa aku belum hamil juga. Bukan, bukan aku yang tak mau hamil, tapi KAU. Kau yang melarangku untuk hamil. Kau menyuruhku meminum pil KB. Tak ada guna aku membantah semua tuduhan itu. Bahwa aku mungkin mandul. Selalu pihak perempuan yang disalahkan bila belum memiliki anak. Aku juga sudah tidak sabar memomong bayi buah cinta kita. Naluri seorang perempuan yang sudah menikah. Setiap kali melihat perempuan lain menggendong bayi, hatiku terusik. Aku juga ingin punya bayi! Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Dan ketika aku menangis memikirkan itu, kusadari kau telah mengubah banyak hal dari diriku. Aku yang dulu pemberani dan tegas, berubah menjadi bak kerbau dicolok hidungnya. Sementara kau terus tenggelam oleh duniamu sendiri. Pekerjaanmu. “Aku tidak ingin seperti Adi. Dia kemarin pinjam uang untuk nyicil rumah. Bayangin. Anaknya sudah tiga, dan dia baru mau beli rumah?!” kau bercerita dengan wajah berapi-api. “Aku ingin anak kita nanti sudah punya jaminan masa depan.” “Tapi, kita kan sudah punya rumah,” sanggahku. “Iya, tapi masih jelek begini. Aku masih mau merenovasinya menjadi.. bla.. bla.. bla…” Kau terus berbicara tentang menjadi orang tua yang mapan. Kau tak sedikit pun mendengarkan pendapatku. Hingga bara itu tak dapat lagi kutahan. “Aku tak tahu ada masalah apa denganmu, tapi aku tak ingin menikah dengan lelaki yang tak mau mempunyai anak!” teriakku, suatu malam. Entah keberanian macam apa yang merasukiku hingga bisa bicara begitu keras di depanmu. Matamu membelalak. Barangkali kau terkejut karena aku bisa menyalak juga. “Kalau kau tak mau menikah denganku, ya sudah, tidur sama laki-laki lain saja sana!” kau balas berteriak. Kata-katamu menusuk jantungku. Kau, lelaki terlembut yang pernah kutemui, mendadak menjadi serigala lapar. Aku yakin pernah memuji suaranya yang lembut dan sikapmu yang sangat welas asih. Nyatanya, waktu tiga tahun telah membongkar kedokmu. “Baik. Kita cerai,” putusku. Airmataku terjatuh lagi, hingga menyentuh bibir atasku. Rasanya asin seperti air laut di depanku. Jadwal sidang perceraian kita sudah ditentukan. Benarkah aku siap untuk melepasmu? Kala kemarahan menguasaiku, rasanya aku siap sekali. Aku siap menyongsong kebebasanku. Tapi, mengapa kau kerap kali muncul di dalam mimpi-mimpiku setelah kita pisah rumah? Aku sudah kembali ke rumah orang tuaku, dan kau masih tetap di rumah yang kaubangun sendiri. Aku membayangkanmu. Kerinduan mencengkeramku dengan ganas setelah dua bulan tak menyentuhmu. Aku ingin menatap sepasang matamu yang sipit. Aku ingin membelai rambut lurusmu yang lebat dan dibelah dua. Aku ingin menyusuri alis matamu yang hitam dengan jari telunjukku. Dan aku ingin memeluk tubuh tegapmu sekuat mungkin. Aku merindukanmu. “Apa tidak bisa dipikirkan lagi soal perceraian kalian? Kalian masih muda. Wajar kalau masih sering bertengkar,” Ibu menasihatiku. “Dia terlalu mengaturku, tapi tak mau diatur,” sahutku. “Laki-laki memang begitu, sudah sewajarnya kita menerima.” “Mengapa selalu perempuan yang menerima?” aku menatap sepasang mata Ibu, tajam. Ibu bergeming. Menyadari tak ada gunanya menasihati anak gadisnya yang keras kepala. Apakah aku benar-benar sanggup kehilanganmu? Mengapa kau begitu mudah melepaskanku? Kupikir kau akan mengalah setelah kulayangkan permintaan cerai itu, ternyata kau justru mengabulkannya. Apakah diam-diam kau memiliki kekasih lain? Aku tak bisa melenyapkan prasangka itu bila mengingat begitu besar daya pikatmu terhadap gadis-gadis. “Anak itu pernah kelaparan di tengah malam buta. Dia memang gak sempat makan malam. Lebih tepatnya lagi, dia gak kebagian makan malam. Saudaranya ada banyak, dan dia harus berbagi makanan dengan saudara-saudaranya itu. Anak itu juga harus berjuang keras untuk bisa sekolah. Syukurlah, Tuhan berpihak kepadanya. Dengan usahanya sendiri, dia bisa sekolah tinggi. Tapi, setelah itu dia bertekad, jika kelak dia menikah, dia akan menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya. Ayah yang bisa memberikan kehidupan yang mapan untuk anak-anaknya.” Sebuah suara mengusik gendang telingaku. Aku takut untuk menoleh. Aku tahu betul suara itu. Suara yang pelan tapi tegas, suaramu. Suara yang sudah lama kurindukan. Sudah berapa lama kita tidak saling bicara dari hati ke hati? Aku tahu dari mana kau berasal. Kau pernah menceritakannya kepadaku, ketika kita berbincang sambil berpelukan. Kau punya tujuh saudara. Orang tuamu pedagang pakaian di Tanah Abang yang bangkrut karena tokonya kebakaran. Masa kecilmu penuh penderitaan, tapi justru penderitaan itulah yang menempamu hingga sesukses sekarang. Aku selalu bangga denganmu. Aku selalu suka mendengar ceritamu. “Apa kau mau makan di Bebek Bengil bersamaku?” kau menoleh kepadaku, sementara jantungku memompa darah lebih cepat. Sudah lama aku tidak makan daging, karena kembali ke pola makan Food Combiningku yang ekstrim. Hm, sebenarnya masih boleh makan daging di jam makan siang. Bibirku masih kelu untuk menjawab. Tanda tanya besar masih merajai kepalaku. Menjelang sidang cerai, kau justru mengirimkanku tiket ke Bali dan menginap di Hotel Grand Hyaat Nusa Dua yang masih berada di dalam kompleks The Bay Bali. Inikah maksudmu? Kau ingin aku mengingat kembali kenangan kebahagiaan bulan madu kita? “Apakah itu alasan mengapa kau tak mau punya anak sekarang?” tanyaku, setelah lidahku terbebas dari kebekuan. Kau tak menjawab, tapi aku tahu itu berarti iya. Kau kembali mengarahkan pandanganmu ke laut. Aku melirik ke arahmu, ragu-ragu. Hingga kusadari bahwa tubuhmu masih menjadi magnet buatku. “Kau akan menjadi ayah yang baik. Kau ayah yang bertanggungjawab. Ayahmu juga ayah yang bertanggungjawab. Memang, kau pernah kelaparan dan harus berjuang untuk bisa menjadi seperti sekarang. Bukankah itu berarti ayahmu berhasil mendidikmu, karena dia membuatmu berjuang?” pertanyaanku seperti melayang terbawa angin pantai yang bertiup sepoi-sepoi. Kau masih belum menolehku. Jika kau mengajakku kembali ke The Bay Bali, bolehkah aku mengira bahwa kau masih menginginkanku? Tiba-tiba, kau menggenggam tanganku. Genggamanmu serupa aliran listrik yang mengejutkanku. Sudah lama kita tidak bersentuhan. Wajar kan bila rasanya seperti baru pertama bersentuhan? “Kita akan punya anak setelah pulang dari sini,” katamu dengan senyum jahil. Aku belum sempat meredakan emosi bahagiaku saat kau menggendongku dan membawaku ke dalam arus pantai Nusa Dua yang tenang. Ini adalah rasa bahagia yang tak dapat kuucapkan dengan kata-kata. Menyatu denganmu dalam pelukan ombak pantai Nusa Dua di The Bay Bali. Cerpen Karangan NugibaraKategori Cerpen Kehidupan, Cerpen Mengharukan Lolos moderasi pada 29 June 2019 Di sebuah kota yang padat, dimana jumlah kendaraan lebih besar dari pada jumlah manusianya, hiduplah seorang pria penyendiri yang sedang sibuk membersihkan gitarnya. Gitar yang menjadi saksi bisu kehidupannya, hartanya yang sangat berharga, yang sangat dia sayang melebihi apapun yang ada di dunia yang kejam ini. Dia terus menggosok gitar itu di bagian yang tadi sudah digosoknya berkali-kali. Seolah gitar itu akan mengeluarkan jin yang akan mengabulkan semua keinginannya. Jam sudah menunjukkan pukul 0930 WIB saat dia memantapkan gosokan yang terakhir pada tali senar gitarnya. Dia lalu melangkah ke luar, bersiap untuk memulai pertualangan barunya. Dengan mengenakan baju kaus putih polos dan celana jeans yang sengaja digunting hingga sampai di atas lutut, dia pun terus berjalan dengan gitar yang disandang di bahunya. Dia sampai di kawasan dimana dia biasanya melakukan ritualnya. Sebuah warteg kecil yang berada di dekat trotoar jalan, dengan pelanggan yang sedang asik menyantap makanannya, dan sambil bicara seru dengan orang yang berada di sampingnya. Tak ambil pusing, seolah bagai prajurit yang mencabut pedang dari sarungnya, dia pun menyiapkan gitar ke posisi siap tempur. Dia memeluk gitar itu dan jarinya menyentuh tali senar dengan tangan kiri yang membentuk kunci C. Lantunan lagu Rhoma Irama yang berjudul Ani pun keluar dari mulut kecilnya. Sangat merdu, sendu dan mendayu. Dia terus bernyanyi sekalipun tidak ada orang yang mendengar. Belum ada setengah lagu, tapi seseorang dermawan sudah memasukkan kepingan logam ke dalam kaleng kecil yang sudah disediakannya. “Ah, kepingan receh pertamaku.” Pikirnya senang Dia masih bernyanyi dan sekarang berpindah dari tempat duduk satu ke tempat duduk lainnya. “Ngapain dikasih sih mas? Suaranya juga ga bagus-bagus amat.” Terdengar suara wanita dengan nada memprotes dari arah belakangnya “Ga apa-apalah, abisnya berisik, mas ga tahan. kan sekarang dia udah pergi.” Balas pria yang tadi memberinya kepingan uang logam. Pria itu mendengar percakapan singkat suami istri tadi. Tapi dia tidak peduli, dia hanya tersenyum sambil melantunkan lagu Ani yang dibawakannya. Sudah sejam lebih dia mengamen di sekitaran warteg tadi. Dikarenakan lelah, dia memutuskan untuk istirahat sebentar. Dia mengeluarkan air minum dari dalam tasnya dan meneguknya. Dia lalu menghitung penghasilan hari ini. Terkumpul Rp “Alhamdulillah.” Ucapnya bersyukur. Setelah setengah jam istirahat. Dia akhirnya memulai kembali pertempuran ke duanya. Kali ini dia berpindah lokasi ke sebuah Bus yang sedang parkir menunggu penumpang. Dia melangkah masuk, Bus masih kosong. Dia pun duduk di salah satu bangku Bus itu, menunggu penumpang yang lain datang, karena percuma jika dia bernyanyi sekarang, tidak bakal ada yang mendengarkan. Lama dia menunggu tapi penumpang tak kunjung ada. Dia lalu beranjak dari kursinya dan melangkah turun dari bus. Dia baru sadar jika seseorang mengikutinya turun dari Bus. Seorang anak sepertinya berumur 13 tahun, dengan wajah polos dan mengenakan sendal jepit. Anak itu terus mengikutinya kemanapun dia pergi. Dia tahu tapi pura-pura tidak memperhatikan “Ntar juga pergi.” Pikirnya dalam hati. Tapi sang anak terus mengikutinya kemanapun. Dia mulai kesal, dan melihat ke arah anak itu dengan tatapan mmengusir “Kenapa kau mengikutiku?” Katanya sedikit kesal. Anak itu cuma menggeleng dan tertunduk takut. Dia pun melanjutkan perjalanannya untuk pindah ke tempat selanjutnya. Setibanya dia di sebuah pasar, dia lalu mencari tempat yang berpotensi menghasilkan duit. Dia memilih sebuah warung makan yang memang pelanggannya sedang ramai. “Mbak, saya boleh ngamen di sini gak?” Dia bertanya kepada pemilik rumah makan. “Boleh mas, tapi lagunya lagu anak muda ya mas, jangan dangdut.” Balas mbak pemilik warung. “Sip mbak, makasih ya.” Sambil berjalan ke arah meja terdekat. Dia lalu memikirkan sebuah lagu. Lagu yang lagi tren sekarang, lagu tentang pengkhianatan, semua anak muda pasti tahu lagunya. “Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia, aku punya ragamu tapi tidak hatimu…” Sejenak perhatiannya tertuju ke arah pintu masuk. Anak itu masih mengikutinya. Anak yang tadi turun dari Bus dengannya. Anak itu balas melihatnya. “…kau tak perlu berbohong kau masih menginginkannya, kurela kau dengannya asal kau bahagia.” Dia melanjutkan lagunya yang sempat terpotong. Dia melihat anak itu sedang memperhatikan makanan yang tersusun di atas meja. Setelah selesai menyanyikan lagu anak mudanya, dia pun melangkah menghampiri si anak tadi. “Kau lapar?” Tanyanya pada anak itu. Anak itu mengangguk memelas “Sini, ikut aku.” Dia mengajak anak itu ke salah satu meja makan yang masih kosong. Anak itu pun berlari menghampirinya dengan girang. “Mbak, makan satu ya.” Teriaknya pada mbak penjaga warung “Lauknya apa mas?” “Terserah mbak.” Si mbak pun datang membawa sepiring nasi dengan lauk rendang dan kuah kari. Anak itu lantas makan dengan lahapnya tanpa memperhatikan sekitar. “Siapa namamu? Mengapa kau berkeliaran sendiri? Orangtuamu di mana?” Tanya pria itu. Anak itu hanya terdiam sejenak, lalu lanjut makan. Sebentar saja nasinya pun habis. Anak itu terlihat sangat senang. “Kau sangat lapar rupanya.” Pria itu melanjutkan pertanyaanya. “Apa kau tidak mendengarku? Aku bertanya siapa namamu? Mengapa kau berkeliaran sendiri di kota?” Seolah tidak perduli anak itu hanya terdiam dan memandang pria itu. “Ah, sudahlah. Kembalilah ke rumahmu. Orangtuamu pasti khawatir, aku pergi dulu.” Pria itu berdiri ke arah kasir dan membayar makanannya. Pria itu melangkah keluar rumah makan. “Sepertinya cukup untuk hari ini. Aku sudah mengumpulkan uang untuk makan malam nanti.” Pikirnya dalam hati. Dia pun bersiap untuk pulang, menyandang kembali gitarnya. Dan melanjutkan perjalanannya. Dia pun sampai ke rumah dan mencari kunci yang tadi diletakkannya di bawah vas bunga. Tapi betapa kagenya dia melihat seseorang berdiri di belakangnya. Anak itu mengikutinya lagi. “Astaga, apa yang kau lakukan di sini? Kan sudah kusuruh kau untuk pulang?” Pria itu bertanya dengan wajah kaget. Percuma, anak itu tetap tak mau bicara. Dia hanya terdiam, berdiri di tempatnya. “Kau tersesat? Apa kau tidak tahu jalan pulang?” Anak itu mengangguk. “Huft, ya sudahlah. Ayo masuk, sepertinya hari akan hujan. Besok aku akan membawamu ke kantor polisi, siapa tahu mereka bisa membantumu.” Dia mempersilahkan anak itu masuk. “Duduklah di mana saja, aku akan membuatkanmu teh hangat.” Pria itu berjalan ke dapur dan mulai memasak air. Anak itu hanya terdiam di sana. Duduk rapi tanpa terganggu. Dia bahkan tidak tahu di mana dia berada sekarang. Bisa saja pria ini adalah penculik atau pembunuh. Tapi anak itu terlihat tidak peduli. “Minumlah, kau pasti letih seharian mengikutiku.” Berkata Sambil menyuguhkan teh hangat pada anak itu. Anak itu lalu menerimanya dengan senang dan mulai meniupnya. “Apa kau memang tidak bisa bicara atau bagaimana?” Pria itu bertanya untuk kesekian kalinya. Tapi anak itu tetap tidak menggubris pertanyaannya. “Kamarku cuma satu, kau istirahatlah di dalam, aku akan tidur di sini.” Keesokan harinya pun tiba. Pria ini sudah berada di kantor polisi, berharap polisi bisa menemukan orangtuannya. Dia mengisi beberapa berkas untuk dijadikan bukti. “Untuk sementara anak ini tetap akan tinggal dengan bapak ya. Soalnya kami tidak memiliki kamar kosong di sini. Nanti setelah orangtuanya menghubungi kami, saya akan menjemputnya di rumah bapak. Tidak keberatan?” “Yah, tidak mengapa. Tapi sebaiknya bapak berusaha keras, saya bukan orang yang sanggup untuk memberinya makan lebih lama lagi. Saya hanya pengamen.” Balas pria itu. “Kami akan berusaha semaksimal mungkin.” Pemuda itu lalu keluar dari sana dengan sang anak berada di sampingnya “Aku tidak mungkin mengantarmu pulang. Lagian kau juga tidak bisa tinggal di rumah sendirian.” Pria itu bertanya kepada si anak “Apa kau ikut mengamen denganku?” Si anak mengangguk tanda setuju. “Baiklah, tapi kau tidak boleh mengeluh. Cuaca akan sangat panas hari ini.” Mereka lalu bergerak ke lokasi tempat biasanya pria ini ngamen. “Kau duduk disini.” Sambil memberikan kursi “Jangan kemana-mana. Ingat?” Sekali lagi, anak itu mengangguk tanda mengerti. Pria itu memulai aksinya, kali ini dengan lagu dangdut lainnya. Sepertinya si anak memang tidak mau diam. Dia lantas berdiri dan mengambil kaleng tempat uang receh, dan mulai berkeliling untuk meminta sumbangan. Pria itu sangat kaget atas apa yang dilakukan si anak. Dia ingin menghentikannya tapi sepertinya si anak tidak ingin dihentikan. Pria itu lantas membiarkan si anak melakukan apa yang sedang dilakukannya. “Anak pintar” pikirnya sambil tersenyum. Seharian mereka mengamen, dengan si anak yang kian lincah bergerak kesana kemari meminta sumbangan. Hari sudah mulai sore. Mereka bersiap untuk pulang. “Itu hanya untuk hari ini saja. Besok kau tidak lagi membantuku mengamen, kau paham? Aku tidak mau dikira mengeksploitasi anak dibawah umur.” Pria itu berkata pada si anak. Tapi seperti biasa anak itu tetap tidak menjawab dan hanya tersenyum. Sepertinya butuh waktu lama bagi polisi untuk menemukan orangtua anak ini, sudah dua minggu berlalu. Si anak tetap tinggal bersamanya di rumah ini. Mereka kian akrab. Si anak sekarang bukan hanya mengangguk dan tersenyum, sekarang dia juga tertawa. Anak itu tetap ikut mengamen setiap harinya. Seperti tidak mau dilarang, anak itu tetap membantu si pria mengamen, dia berkeliling dengan kaleng yang berada di tangannya. Si pria tidak lagi mencoba melarangnya melakukan itu. Waktu terus berlalu, hubungan mereka makin akrab. Beberapa kali pria itu menceritakan lelucon lawas tentang si kancil yang menipu kawanan singa, dan si anak akan tertawa girang mendengarnya. Anak ini bagaikan bulan yang menerangi gelap hidup malam pria ini. Berkat anak ini, si pria tidak lagi kesepian. Sekalipun si anak tidak mengucapkan apapun, tapi pria ini sudah puas. Mendengar dia tertawa saja sudah membuat hati pria ini tenang. Saat si anak jatuh sakit. Pria ini begadang semalaman untuk menjaganya. Dia bahkan tidak mengamen demi untuk berada dekat si anak. Pria itu pergi ke supermarket untuk membeli obat. Dia membayar obat dengan uang hasil mengamen dan sebenarnya uang itu untuk sarapan besok pagi. Tapi tidak mengapa, sarapan bisa dipikirkan besok, yang jelas si anak harus sembuh. Pria itu tiba di rumah, dia heran ada mobil mewah yang parkir di depan rumahnya, dan juga mobil polisi. “Maaf pak, ada apa ya?” Pria itu menanya pada polisi yang berada di depan rumahnya. “Mas ini yang nemuin anak itu kan? Kami sudah berhasil menghubungi orangtua kandung si anak. Itu mereka.” Sepasang suami istri keluar dari mobil mewah itu, dia melihat si anak sudah berada di jok belakang mobil, bersandar lemah. “Saya mengucapkan banyak terima kasih, mas sudah merawat anak saya. Saat itu dia ingin menemui ayahnya di kantor tanpa sepengetahuan saya. Dia lantas keluar rumah. Dan sejak itu kami tidak tahu keberadaanya. Hingga polisi menghubungi kami.” Wanita muda itu berkata. “Oh. Iya tidak mengapa, saya senang bisa merawatnya, tapi saat ini dia sedang sakit. Aku baru saja membelikan obat.” Si pria memberikan obat itu pada si wanita. “Oh! Tidak mengapa, kami akan membawanya ke rumah sakit, sekali lagi saya mengucapkan banyak terima kasih sama mas, dia pasti sangat susah hidup di sini makanya sampai jatuh sakit.” Balas wanita itu. “Apa saya bisa bertemu dengannya sebentar?” “Tentu saja.” Si pria berjalan ke arah mobil, dan melihat si anak masih tertidur lemah. Badannya masih panas. Si pria mengelus rambut si anak, dan menatap wajahnya dalam-dalam karena mungkin dia tidak akan bisa lagi bertemu dengan anak ini. “Kalau saya boleh tahu, siapa namanya?” “Reyhan.” Jawab si ibu Mereka pun pergi, meninggalkan pria ini sendiri. Pria itu melihat sekeliling ruangan. Sepi. Biasanya si anak ada di sana dengannya, sedang duduk rapi membaca komik yang dibelikan pria itu. Tapi sekarang semuanya sudah hilang. Komik itu masih tersusun rapi di meja. Tidak tersentuh. Ruangan ini terasa pengap seketika. Seolah Bulan yang selama ini menerangi malamnya, hilang ditelan awan gelap “Reyhan.” Bibir pria itu berucap. 19 tahun kemudian. “Apa semuanya sudah disiapkan?” Seseorang wanita berbicara dengan bawahannya “Sudah buk, semua sudah tuntas. Saya boleh pulang sekarang?” “Pergilah, tidak ada lagi yang dibutuhkan, biar aku yang mengurus pak tua itu.” “Baiklah.” Kata wanita itu sambil berlalu. Ruangan luas dengan ranjang yang tersusun rapi, sebuah meja di samping ranjang yang diatasnya terdapat bunga lili dengan vas kaca. Terlihat seorang pria tua paruh baya sedang memandang ke arah luar jendela. Mukanya letih seolah menggambarkan apa yang sudah dilaluinya semasa mudanya. “Bapak baik-baik aja? Mari saya bantu ke tempat tidur.” Wanita itu berkata lembut kepada pak tua itu. “Seseorang ingin bertemu dengan bapak, katanya dia teman bapak. Boleh saya persilahkan masuk?” Pria itu mengangguk. Wanita itu keluar sebentar dan masuk lagi membawa seseorang. Pemuda tampan, dengan wajah bersih terawat mengenakan seragam TNI masuk melangkah. Senyum pemuda itu merekah ramah, pemuda gagah itu langsung menggenggam erat tangan pak tua itu, wajahnya menyiratkan rasa rindu yang teramat sangat. “Apa bapak masih mengingat saya?” Pemuda itu bertanya dengan lembut. Pak tua itu hanya memandang sekilas wajah pemuda itu lalu membuang pandangannya tanda tak tertarik. Dengan mata yang berkaca-kaca, pemuda itu lantas bernyanyi “Katakanlah sekarang bahwa kau tak bahagia, aku punya ragamu tapi tidak hatimu…” Pemuda itu ingin melanjutkan nyanyiannya tapi tidak bisa, air matanya turun tanpa disadari, sesenggukan menangis pilu. Mendengar nyanyian itu pak tua itu lantas tertegun, memandang lekat ke arah pria gagah ini, dan ia pun mulai meneteskan air mata. Rasa rindu yang dipendamnya pada anak yang dulu mengikutinya turun dari Bus itu, keluar sudah, semua meluap bagaikan air pasang laut. Pak tua itu memeluk erat pemuda itu. Seorang anak yang dulunya bahkan tidak bisa bicara dan kebingungan di dalam Bus, kini berubah menjadi pemuda tampan dengan seragam TNI. “Saya sudah mencari bapak kemana-mana, saya kembali ke rumah bapak yang dulu yang sempat saya tinggali, tapi rumah itu sudah ditempati orang lain, saya tidak tahu lagi harus mencari bapak kemana, saya sempat putus asa dan menyerah, hingga seorang teman menyarankan saya untuk mencari ke panti jompo, saya memeriksa setiap panti jompo yang ada di kota ini, hingga akhirnya saya menemukan bapak.” Pemuda itu tak kuat lagi menahan rasa harunya, dia berbicara dengan air mata yang masih mengalir di pipinya. “Maafkan saya pak, maafkan saya tidak mencari bapak lebih awal.” “Reyhan.” Pak tua itu berkata lirih “Iya pak, nama saya reyhan. Saya belum sempat memberitahukan kepada bapak, saya benar-benar minta maaf.” Pemuda itu bersujud dan memeluk kaki pak tua ini. “Kebaikan hati bapak sudah menginspirasi saya, bapak merawat saya, orang yang tidak bapak kenal, saya tidak pernah menyerah dengan semua masalah yang saya hadapi, karena saya tahu bagaimana susahnya hidup bapak, dibandingkan dengan hidup saya, perjuangan bapak sangat berarti dan terasa perih.” Pemuda itu masih menangis sesengukan. “Bangunlah, jangan bersujud. Aku masih ingin melihat wajahmu, kau sudah banyak berubah. Tapi tidak dengan wajah ini-sambil mengelus wajah pemuda itu-wajahmu masih menyiratkan keluguan. Wajah yang sama yang saya lihat 19 tahun lalu di dalam Bus itu.” Pak tua itu berusaha tegar menahan harunya. Pemuda itu sekali lagi memeluk pak tua dengan kasih sayang, seperti seorang anak yang akhirnya berjumpa dengan ayah kandungnya. Kebaikan hati pemuda yang dulu telah menyelamatkannya membawa si anak ke kehidupan yang lebih baik. Pencarian si anak ahirnya berakhir. Dia berhasil menemukan orang yang paling ingin dijumpainya itu. Berterima kasih sedalam-dalamnya karena telah menyelamatkannya. Dan kini Bulan yang dulu sempat tenggelam dengan awan hitam, sekarang muncul lagi dengan sinar yang memenuhi seluruh dunia dan kembali merangkul malam yang gelap Cerpen Karangan Nugibara Blog Cerpen Bulan Yang Merangkul Malam merupakan cerita pendek karangan Nugibara, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Namanya Alan Oleh Imam Barry Sebut saja namanya Alan, seorang anak teladan dan kebanggaan orangtua serta gurunya di sekolah. Sejak lahir Alan dididik keras oleh ayahnya hingga menjadi seperti sekarang ini. Berprestasi dan berguna Kucing Part 1 Oleh Ali Anfal Jika menatap wajah gadis itu, takkan bisa hati seorang adam untuk tidak berdesir dibuatnya. Tak terkecuali Fiqri. Tiap kali menatap wajah lembut gadis itu, perasaan Fikri tak karuan. Hingga Kaeh Sa’di Dan Segenggam Paru Paru Oleh Amir F. Hifzila Entah sudah saat yang keberapa kesetiaan baskara menyinari belahan bumi dari berbagai macam peristiwa, merekam jejak-jejak sisa kehidupan yang telah usai dan yang akan terjadi. Seperti pada sore ini Biola Hitam Oleh Aliya Zahraa Nisa menyusuri trotoar menuju halte bus. Terik matahari menyoroti wajah Nisa yang putih bening. Nisa melihat sepanjang tempat duduk di halte, penuh tidak memungkinkan untuk duduk, dengan terpaksa dia Cermin Oleh Dwi Surya Ariyadi Aku berdiri di depan sebuah cermin. Cermin sebesar setengah badan yang tergantung di dinding putih. Ku lihat orang lain berdiri di seberang sana. Menatapku dengan sorot mata penuh seribu “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"

cerpen bulan madu di hotel